Selasa, 30 Juni 2009

Meredam Serangan Radikal Bebas

Banyak teori yang telah digunakan untuk menjawab mengapa proses menua terjadi. Salah satu teori yang menarik adalah teori radikal bebas. Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya reaksi antara radikal bebas dengan sel-sel serta jaringan-jaringan tubuh, sehingga bersifat merusak. Senyawa-senyawa yang memiliki kandungan radikal bebas selalu terdapat di sekeliling kita, misalnya ozon, peroksida, aldehida, dan sebagainya.
Secara alami, semua sel jaringan dapat menahan serangan radikal bebas karena di dalam sel terdapat enzim-enzim khusus yang dapat melawan zat tersebut, seperti superoksida dismutase (SOD), glutation peroksida, dan katalase. Namun, seiring meningkatnya usia, kemampuan enzim tersebut untuk menahan serangan radikal bebas semakin menurun. Bila keadaan ini terus berlanjut, akhirnya akan menimbulkan kerusakan dan kematian sel-sel, sehingga kulit mudah keriput dan menjadi tua.
Bukti-bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dan E (keduanya merupakan antioksidan) pada hewan percobaan dapat membantu sel dalam meredam serangan radikal bebas tersebut. Dengan demikian, buah-buahan dan sayur-sayuran yang merupakan sumber vitamin C sangat baik untuk memperlambat proses menua. Demikian juga halnya dengan kecambah biji-bijian yang banyak mengandung vitamin E.
Vitamin A telah lama diketahui perannya dalam kesehatan mata. Selain itu, vitamin A juga berperan dalam melindungi kulit (mengganti sel-sel epidermis yang rusak) dan melindungi bintik-bintik di wajah. Belakangan ini banyak sekali kosmetik yang mengandung bahan aktif vitamin A atau betakaroten (provitamin A).
Kelompok vegetarian murni perlu banyak mengonsumsi tempe, yang kaya akan vitamin B12. Vitamin B12 umumnya banyak terdapat pada produk-produk hewani. Kekurangan vitamin tersebut dapat menyebabkan anemia (kurang darah). Kandungan vitamin B12 pada tempe 1,5-6,3 mikrogram/100 g tempe, sedangkan yang dibutuhkan per hari untuk hidup sehat 3 mikrogram.

Kurangi Gula, Perbanyak Asupan Serat

Gula adalah salah satu komponen karbohidrat yang banyak disoroti dalam kaitannya dengan usia di atas 40 tahun. Menurunnya daya cicip di usia lebih tua, menyebabkan gula sering dipakai sebagai pembangkit cita rasa dan pemacu selera makan.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi karena gula adalah zat hampa gizi. Dikatakan demikian karena gula hanya mengandung energi, tidak mengandung zat lainnya. Konsumsi gula berlebih akan memberikan rasa kenyang, sehingga menekan selera untuk mengonsumsi makanan lain yang lebih bergizi, yang sangat dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.
Di dalam tubuh, gula akan cepat diserap oleh usus, sehingga menyebabkan cepatnya perubahan kadar gula di dalam darah dan memungkinkan terjadinya penyakit obesitas dan diabetes. Dengan demikian, keinginan untuk memakan yang manis-manis sebaiknya dialihkan ke buah-buahan. Ada beberapa manfaat ganda yang dapat diperoleh dari memakan buah-buahan, yaitu sumber mineral, vitamin, dan serat (dietary fiber).

Serat pangan adalah komponen karbohidrat lain yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Serat banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Walaupun tidak mengandung zat gizi yang penting bagi tubuh, serat sangat dibutuhkan untuk kesehatan.

Telah terbukti serat dapat mengurangi terjadinya sembelit (susah buang air besar) dan mencegah berbagai penyakit, seperti jantung koroner, kanker usus besar, kencing manis, divertikulosis (penonjolan bagian luar usus seperti bisul), batu empedu, sakit gigi, dan kegemukan.

Pilih Protein Bermutu dan Mudah Dicerna

Kebutuhan protein untuk usia 40 tahun, tetap sama seperti pada usia sebelumnya. Namun, karena sintesis protein di dalam tubuh tidak sebaik waktu masih muda dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti, perlu dipilih makanan yang kandungan proteinnya bermutu tinggi dan mudah dicerna.
Beberapa sumber protein hewani yang umum dikonsumsi adalah susu, telur, daging, dan ikan. Protein nabati, seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain, juga baik dikonsumsi, terutama bila ingin menghindari naiknya kadar kolesterol di dalam darah.
Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya dapat menyediakan 8-10 persen dari keseluruhan energi yang dibutuhkan per hari. Konsumsi protein yang berlebih juga tidak baik karena dapat memperberat kerja ginjal, yang pada usia di atas 40 tahun sudah menurun kemampuannya.

Kurangi Lemak Turunkan Risiko Kematian

Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan penghasil energi yang lain, yaitu karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan satu gram protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain dari lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan tubuh.
Karena total kebutuhan energi telah menurun di atas usia 40 tahun, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak, terutama lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh dan kolesterol. Lemak nabati umumnya tidak berbahaya karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan tidak mengandung kolesterol.
Sumbangan energi dari lemak sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari total kebutuhan energi per hari. Akan lebih baik lagi jika kontribusi dari asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk, masing-masing dapat berkontribusi sebesar 10 persen.

Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar 150-190 mg/100 ml darah. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa 220 mg/100 ml darah masih termasuk normal. Bila kadar kolesterol melebihi 220 mg dan mencapai 270 mg/100 ml darah, kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua kali lipat. Bila kadarnya mencapai 300 mg/100 ml darah, risiko serangan jantung menjadi lima kali lipat.
Dalam menu masyarakat Amerika Utara, 45–50 persen energi berasal dari lemak. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti aterosklerosis (penyumbatan dinding arteri), penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah, kelumpuhan, dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara, dan usus besar).
Konsumsi lemak yang tinggi disertai dengan gaya hidup yang banyak duduk, dapat menyebabkan obesitas. Hal tersebut pada gilirannya akan mencetuskan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan jantung koroner.
Penduduk Amerika Serikat yang dikenal suka makanan mewah, banyak yang menderita obesitas pada usia relatif muda. Sekitar 10-20 persen dari seluruh anak-anak dan 35-50 persen dari penduduk setengah baya mempunyai berat badan berlebih.
Selain kurang sedap dipandang, kegemukan juga mempercepat proses kematian. Pria yang berat badannya 10 persen di atas ideal akan mempunyai peluang kematian 30 persen lebih tinggi daripada yang ideal, sedangkan yang mempunyai berat badan di atas 20 persen dari berat idealnya mempunyai risiko kematian 50 persen lebih tinggi.
Konsumsi garam tinggi juga merupakan ciri khas menu mewah. Konsumsi garam yang tinggi ini menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi (darah tinggi). Seorang pria AS yang berusia 35 tahun dengan tekanan darah 14 persen di atas normal akan kehilangan harapan hidup sebesar 9 tahun. Sementara pria usia 45 tahun dengan tekanan darah 17 persen di atas normal, akan menghadapi risiko serangan jantung dua kali lipat dan kelumpuhan empat kali lipat dibandingkan pria seusianya dengan tekanan darah normal.

Kurangi Lemak Turunkan Risiko Kematian

Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan penghasil energi yang lain, yaitu karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan satu gram protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain dari lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan tubuh.
Karena total kebutuhan energi telah menurun di atas usia 40 tahun, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak, terutama lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh dan kolesterol. Lemak nabati umumnya tidak berbahaya karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan tidak mengandung kolesterol.
Sumbangan energi dari lemak sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari total kebutuhan energi per hari. Akan lebih baik lagi jika kontribusi dari asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk, masing-masing dapat berkontribusi sebesar 10 persen.

Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar 150-190 mg/100 ml darah. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa 220 mg/100 ml darah masih termasuk normal. Bila kadar kolesterol melebihi 220 mg dan mencapai 270 mg/100 ml darah, kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua kali lipat. Bila kadarnya mencapai 300 mg/100 ml darah, risiko serangan jantung menjadi lima kali lipat.
Dalam menu masyarakat Amerika Utara, 45–50 persen energi berasal dari lemak. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti aterosklerosis (penyumbatan dinding arteri), penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah, kelumpuhan, dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara, dan usus besar).
Konsumsi lemak yang tinggi disertai dengan gaya hidup yang banyak duduk, dapat menyebabkan obesitas. Hal tersebut pada gilirannya akan mencetuskan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan jantung koroner.
Penduduk Amerika Serikat yang dikenal suka makanan mewah, banyak yang menderita obesitas pada usia relatif muda. Sekitar 10-20 persen dari seluruh anak-anak dan 35-50 persen dari penduduk setengah baya mempunyai berat badan berlebih.
Selain kurang sedap dipandang, kegemukan juga mempercepat proses kematian. Pria yang berat badannya 10 persen di atas ideal akan mempunyai peluang kematian 30 persen lebih tinggi daripada yang ideal, sedangkan yang mempunyai berat badan di atas 20 persen dari berat idealnya mempunyai risiko kematian 50 persen lebih tinggi.
Konsumsi garam tinggi juga merupakan ciri khas menu mewah. Konsumsi garam yang tinggi ini menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi (darah tinggi). Seorang pria AS yang berusia 35 tahun dengan tekanan darah 14 persen di atas normal akan kehilangan harapan hidup sebesar 9 tahun. Sementara pria usia 45 tahun dengan tekanan darah 17 persen di atas normal, akan menghadapi risiko serangan jantung dua kali lipat dan kelumpuhan empat kali lipat dibandingkan pria seusianya dengan tekanan darah normal.

Kebutuhan Energi Berkurang

Makin bertambah usia, makin berkurang kegiatan faali, yang berarti pula makin berkurang jumlah energi yang dibutuhkan. Dengan demikian, sudah selayaknya membatasi jumlah makanan yang diasup, agar tubuh tidak kegemukan. Bahkan, ada yang menganjurkan agar berat badan berada sedikit di bawah standar.
Pesumo-pesumo di Jepang yang berat badannya berlebih, jarang dapat bertahan hidup sehat sampai umur 50 tahun. Percobaan dengan tikus memperkuat pendapat tersebut, yakni pembatasan jumlah energi akan memperpanjang usia tikus. Penduduk di Caucasus banyak yang berhasil mencapai usia panjang hanya dengan pola makan tidak berlebihan.
Orang yang makan berlebihan cenderung akan mengalami kematian lebih awal. Makanan yang berlebih akan memberikan nilai energi yang berlebih pula. Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh dalam bentuk timbunan lemak.
Kelebihan 3.500 kilokalori energi dapat memproduksi 0,45 kg lemak. Kelebihan 1.000 kilokalori per hari akan menambah 1 kg timbunan lemak per minggu. Dengan demikian, orang yang makan berlebih secara terus-menerus akan mudah mengalami obesitas (kegemukan).
Umur pendek bagi penderita obesitas telah lama diketahui, bahkan sudah dinyatakan oleh Hippocrates (460-364 SM). Orang gemuk mempunyai peluang lima kali lebih mudah terkena kanker daripada yang kurus, lima kali lebih mudah menderita diabetes melitus (kencing manis), dan delapan kali lebih mudah terserang penyakit jantung.
Menurut WHO, seseorang yang telah berumur 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energi sebanyak 5 persen dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun dikurangi lagi sebanyak 5 persen. Selanjutnya pada usia 60-70 tahun, dikurangi lagi 10 persen, setelah di atas usia 70 tahun sekali lagi dikurangi 10 persen. Kebutuhan energi pria dan wanita Indonesia yang berusia 40 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel.

Hambat Usia Biologis

Proses menua adalah proses yang alami untuk semua makhluk hidup dan tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghentikannya. Yang dapat kita lakukan sebagai makhluk Tuhan adalah upaya-upaya untuk menghambat berjalannya proses menua tersebut.
Proses menjadi tua merupakan kelanjutan dari pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang. Dari bayi hingga remaja telah terjadi proses pertumbuhan yang disertai dengan meningkatnya ukuran dan efisiensi tubuh. Setelah usia 40 tahun, mulailah proses penuaan berlangsung cepat, yaitu ditandai dengan menurunnya efisiensi kerja tubuh.

Apakah tanda-tanda orang mulai menua? Yang paling umum adalah: rambut mulai memutih, mata mulai lamur, telinga kurang daya tangkapnya, daya pencium dan pengecap mulai tumpul, serta daya kekebalan tubuh terhadap berbagai infeksi mulai merosot. Otot-otot mulai kendur, sebab sebagian telah mati dan diganti dengan jaringan-jaringan pengikat yang tidak elastis. Pada wanita, gejala ketuaan juga ditandai oleh datangnya masa menopause.
Satu hal yang harus diingat bahwa tidak semua orang yang berusia di atas 40 tahun berarti telah mulai tua. Dalam praktik sehari-hari, usia tidak menjadi ukuran ketuaan seseorang. Usia itu mempunyai dua pengertian, yaitu usia kronologis (usia kalender) dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia yang selalu bertambah setiap tahun. Memperingati hari ulang tahun berarti memperingati pertambahan usia kronologis.
Berbeda halnya dengan usia kronologis, usia biologis ini erat kaitannya dengan kondisi sel-sel dan jaringan tubuh. Kondisi tersebutlah yang sesungguhnya menentukan tua-tidaknya seseorang. Itulah sebabnya, mengapa orang yang sudah berusia 50 tahun dapat saja tampak seperti baru berusia 40 rahun, sebaliknya yang berusia 40 tahun bisa tampak seperti sudah 50 tahun. Usia biologis inilah yang dapat kita hambat prosesnya.

Usia biologis erat kaitannya dengan gizi dan kesehatan seseorang. Karena itu, pengaturan gizi yang tepat dibarengi dengan olahraga teratur dan terprogram merupakan langkah awal untuk memperlambat proses menua dan cara terbaik untuk hidup sehat.

Makanan dan Umur Panjang

Makanan yang baik mengandung semua zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) dalam jumlah berimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Makanan yang baik akan membentuk tubuh menjadi sehat. Kesehatan akan menyebabkan organ-organ tubuh berfungsi dengan baik dan selama mungkin, sehingga umur harapan hidup akan semakin tinggi.
Menurut beberapa ahli, anatomi tubuh manusia lebih mendekati kelompok hewan herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan) daripada kelompok hewan karnivora (pemakan daging). Barangkali itulah sebabnya mengapa kelompok vegetarian yang hanya makan biji-bijian, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan, banyak anggotanya yang mencapai umur panjang.
Mengingat daging lebih mudah dicerna daripada tumbuhan, panjang usus hewan karnivora selalu lebih pendek daripada herbivora. Padahal, manusia memiliki saluran pencernaan yang sangat panjang, yaitu sekitar 9 meter dari rongga mulut hingga anus. Dengan demikian, manusia lebih condong ke pola makan nabati.
Orang-orang Eskimo (hidup di Kutub Utara), 90 persen makannya daging, ternyata hanya dapat hidup sehat sampai umur 25 tahun. Di atas usia tersebut banyak di antara mereka yang mengidap berbagai penyakit degeneratif, yaitu penyakit yang disebabkan oleh menurunnya fungsi-fungsi organ tubuh.

Sementara itu, banyak suku bangsa, seperti suku Hunza di Pakistan, Caucasus di Rusia, dan masyarakat di sekitar Pegunungan Andes, umurnya dapat mencapai lebih dari 100 tahun, dengan tekanan darah normal dan keadaan kolesterol baik. Mereka umumnya adalah pemakan biji-bijian, sayuran, buah-buahan, susu, dan sedikit daging.
Hal yang dapat diamati pada kelompok orang yang mampu hidup sehat di atas 100 tahun adalah: (1) Masukan kalori mereka umumnya tergolong tidak banyak, melainkan hanya berkisar antara rendah sampai sedang, (2) Banyak makan berbagai jenis karbohidrat kompleks dan berserat (seperti beras, jagung, ubi-ubian, dsb), (3) Masukan proteinnya tergolong rendah, tetapi tidak kurang, (4) Masukan lemak jenuhnya (lemak hewani) tergolong sedikit atau kurang.

Apa itu Osteoporosis?

Menurunnya massa tulang (kepadatan tulang) secara keseluruhan akibat ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan mineral dalam tulang dan kemudian disertai dengan rusaknya arsitektur tulang akan mengakibatkan penurunan kekuatan tulang yang dalam hal ini adalah pengeroposan tulang (Osteoporosis), sehingga mengandung risiko mudah terjadi patah tulang.
Osteoporosis menjadi masalah, hal ini dikarenakan Osteoporosis kerap kali timbul tanpa ada gejala fisik yang jelas. ”Penderita umumnya tahu setelah dia mengalami patah tulang, dan ketika diperiksa baru diketahui bahwa patah tulang tersebut akibat Osteoporosis,” ujar dr. Meisy Andriana, Sp. RM usai mengisi Seminar Awam Nikmati Masa Tua yang Bahagia Dengan Tulang Yang Sehat. Maka dari itu beberapa orang mengatakan Osteoporosis sebagai ”silent disease”.
Kekuatan tulang dipengaruhi oleh dua hal, yakni kepadatan tulang dan kualitas tulang. Kedua faktor tersebut sangat erat kaitannya dengan keadaan hormonal dalam tubuh dan juga terkait dengan perilaku sehari-hari menyangkut asupan nutrisi dan tempaan pada tubuh yang dapat memperkuat keadaan tulang.
Tiga tempat yang rawan akan Osteoporosis, diantaranya adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan.
Tipe Osteoporosis

Dibagi berdasarkan faktor risiko dan penyebab rapuhnya tulang, maka terdapat dua macam Osteoporosis, diantaranya:
1. Osteoporosis Primer, akibat kekurangan estrogen, yakni umumnya pada wanita yang telah mengalami menopause, dan akibat kekurangan testoteron, yakni andropause pada pria yang berarti berkurangnya produksi hormon testoteron, umumnya terjadi pada pria berumur 40 tahun ke atas.
Osteoporosis senilis juga termasuk pada jenis Osteoporosis Primer. Kerapuhan tulang satu ini akibat usia. Pada pria maupun wanita diatas umur 70 tahun dengan perbandingan antara wanita dan pria, yakni 2:1.
2. Osteoporosis Sekunder,
Osteoporosis jenis ini dipengaruhi seperti adanya penyakit yang mendasari, akibat obat-obatan dan lain sebagainya.
Osteoporosis jenis lain adalah Idiopathic osteoporosis yang terjadi pada anak.
Faktor Risiko Tidak Dapat Diubah

Terdapat beberapa faktor risiko pada manusia yang tidak dapat diubah sebagai salah satu risiko peningkatan terjadinya Osteoporosis, diantaranya:
1. Usia Lanjut, karena secara alami kepadatan tulang pada manusia, seperti yang telah dijelaskan di atas akan mulai menurun dengan sendirinya di umur 30 tahun keatas.
1. Jenis kelamin, wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami Osteoporosis, hal ini diakibatkan wanita mengalami menopause yang berarti berhentinya produksi hormon estrogen. Sedangkan pada pria, Osteoporosis terjadi cenderung lebih lambat, karena pria tidak mengalami perhentian produksi hormone testoteron, tetapi penurunan hormon testoteron di umur 40 tahun keatas.

Perbandingan kasus Osteoporosis pada tulang pergelangan tangan antara wanita dan pria adalah 4:1, sedangkan untuk kasus Osteoporosis pada tulang belakang adalah 3:1, dan untuk tulang panggul memiliki perbandingan 2:1. Sedangkan untuk kasus Osteoporosis secara keseluruhan di Indonesia pada wanita umur 50-59 tahun adalah 24%, sedangkan untuk wanita umur 60-70 tahun meningkat menjadi 62%.
1. Riwayat keluarga yang mengalami patah tulang akibat Osteoporosis, seseorang yang memiliki sanak famili pernah mengalami kerapuhan atau bahkan patah tulang akibat Osteoporosis akan cenderung memiliki potensi untuk mengalami Osteoporosis. Hal ini juga dijelaskan oleh dr. Meisy Andriana, Sp. RM saat membawakan seminar awam seputar Osteoporosis.

Faktor Risiko Dapat Diubah
1. Membatasi atau menghentikan konsumsi makanan atau minuman yang dapat memicu risiko pengkeroposan tulang, beberapa diantaranya adalah: alkohol, soft drink, dan minuman yang mengandung kafein.
1. Merokok, beberapa akibat yang ditimbulkan rokok terkait kesehatan tulang adalah:
2. dapat menghambat aktifitas pembentukan sel baru (osteoblast)
3. Meningkatkan pemecahan estrogen eksogenus
4. Berat badan di bawah normal
5. Menopause dini

Pencegahan Osteoporosis

Walau terdapat beberapa faktor risiko yang tidak dapat dihindari, namun setidaknya sedini mungkin kita harus menyadari betapa pentingnya memiliki tulang kuat dan sehat. Sehingga dapat menjalani hari tua dengan bahagia, diantara beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menunjang kesehatan tulang kita adalah:
1. Konsumsi Kalsium,
Sumber kalsium umumnya diperoleh dari makanan, beberapa nutrisi yang mengandung kalsium diantaranya adalah: susu, yoghurt, keju, brokoli, salmon, oats, kacang kedelai, tahu, tempe, dan kacang merah. Salah satu jenis sayuran yang juga dikatakan dapat membantu mencegah osteoporosis adalah semanggi, salah satu makanan khas Kota Surabaya.
2. Olahraga,
Untuk mencegah Osteoporosis, Anda hanya perlu meluangkan pagi atau sore Anda dengan berjalan kaki, atau pun bersepeda statis secara rutin. Atau jika ada kesempatan untuk berjalan kaki, pilihlah berjalan ketimbang menaiki kendaraan anda atau naik lift. Selain itu dianjurkan juga melakukan weight bearing, yakni low impact exercise seperti contohnya naik turun tangga, berjalan.
Melalui olahraga tulang tidak hanya dapat bertambah kuat karena peningkatan kekuatan otot, tetapi juga menjaga keseimbangan tubuh dan menghindari risiko terjatuh, meningkatkan dan memperbaiki postur tubuh.
Latihan yang berlebihan juga tidak baik bagi tubuh dan malah akan menimbulkan Osteoporosis, hal ini biasanya terjadi pada atlit olahraga, seperti lari maraton. Baiknya diimbangi dengan nutrisi yang tepat selain berolahraga.
3. Cukupi tubuh Anda dengan Vitamin D,
Bukan hanya bayi yang membutuhkan sinar matahari yang kaya akan vitamin D, tetapi di usia dewasa pun manusia atau tepatnya tulang kita pun tetap membutuhkan vitamin D. Karena vitamin D diperlukan untuk membantu penyerapan kalsium di dalam usus, sehingga asupan kalsium dapat digunakan tubuh dengan maksimal. Maka dari itu, dianjurkan melakukan olahraga di pagi hari sebelum ada aktifitas kendaraan bermotor dan ketika matahari masih hangat-hangatnya.
4. Perilaku Hidup Yang Sehat dan tepat,
Meminimalisir faktor risiko yang dapat dikendalikan seperti konsumsi alkohol, soft drink, atau pun kafein dapat cukup membantu pencegahan keropos tulang.
5. Deteksi Dini,
Karena kepadatan tulang dan keroposnya tulang ini tidak dapat dideteksi, maka pemeriksaan dini sangat dianjurkan. Seperti yang diungkapkan oleh dr. BP. Yenniastoeti yang juga menjadi salah satu pengisi materi dalam seminar awam seputar Osteoporosis, Ia menjelaskan bahwa saat ini masyarakat masih mengenal screening dengan alat USG. ”Masih banyak kelemahan deteksi pada alat tersebut,” jelasnya.
Maka dari itu terdapat standar yang ditetapkan oleh WHO dalam pemeriksaan massa tulang, terutama bagi penderita yang mempunyai kecenderungan fraktur patah. Alat tersebut dikenal dengan nama Bone Densitometri. Keunggulan dari alat ini adalah memiliki akurasi dan presisi yang lebih baik, paparan radiasi yang rendah, dan waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan lebih singkat.
Pengkeroposan tulang tidak dapat dihindari, namun perilaku atau pun kebiasaan hidup yang salah dapat memicu pengkeroposan tulang lebih dini. Patahnya tulang akibat Osteoporosis ini memerlukan terapi dan pengobatan yang cukup lama, sehingga dapat menghambat kinerja sehari-hari, karena pada umumnya seperti yang telah diungkapkan di atas, tiga tempat paling rawan terhadap pengkeroposan adalah, tulang belakang, pergelangan tangan, dan pinggul.
Konsumsi makanan yang dapat mendukung kesehatan tulang, rutin berolahraga menjadi kunci sukses mencegah Osteoporosis dini, dan selain dapat meningkatkan metabolisme tubuh dalam bekerja, pencegahan ini dapat menjadi ’tabungan sehat’ di hari tua nanti.(fie)